Minggu, 27 Januari 2013

CPOB (cara pembuatan obat yang baik)



Sejarah
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) resmi diberlakukan buat industri farmasi di Indonesia berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI nomor 43/MENKES/SK/II/1988 tanggal 2 Februari 1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Revisi CPOB diterbitkan pada tahun 2001 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan,revisi ini dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang farmasi. Penyusunan Pedoman CPOB edisi tahun 2001 mengacu pula pada WHO Good Manufacturing Practices 2000,The British MCA’s Rules and Guidance for Pharmaceutical Manufacturers 1993,US Code for Federal Regulations 2000 Title 21 Parts 210 &211,The Australian Code of GMP for Therapeutic Goods 1990,ASEAN GMP Guidelines 3rd edition,1996 serta Code GMP internasional lainnya.Sebelumnya di Indonesia pembuatan obat diatur melalui  Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 4243/A/SK/71 tentang Dasar-dasar dari Pengawasan atas mutu Obat-obat dan Cara-cara yang baik dalam Pengawasan Produksi dan mutu Obat.

Cara Belajar Fisika


Tujuan pemberian mata pelajaran fisika sebagai mana tercantum dalam GBPP fisika SMP menguasai konsep fisika. Diharapkan siswa mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasan penciptaNya.
Dalam mempelajari fisika di sekolah sering sekali diucapkan oleh siswa bahwa pelajaran fisika itu sukar. Bisa dikatakan bahwa keadaan ini memang benar, namun dibalik kata sukar itu tersembunyi makna bahwa menguasai pelajaran fisika itu memerlukan pengorbanan yang cukup besar. Hanya siswa yang benar-benar memiliki bakat, minat dan kemampuan untuk mempelajari fisika yang mengatakan tidak demikian.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan fisika itu sukar, diantaranya: a) faktor guru, b) faktor siswa, dan c) faktor tingkat/derajat kesulitan materi fisika itu sendiri (Hariyadi, 1999).
a. Faktor Guru. Peranan guru dalam penyampaian materi pelajaran fisika cukup dominan dan menentukan. Guru fisika paling tidak haruslah memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam menyajikan olahan materi pelajaran fisika, diantaranya:
1. Penguasaan materi
2. Pemahaman tujuan-tujuan pendidikan dan institusional
3. Pemahaman dan trampil dalam menganalisis program pengajaran sesuai dengan GBPP nya.
4. Menguasai dan mampu menyajikan satuan pelajaran yang lengkap dengan, metode penyajian, literatur serta alat bantu pendidikan, alat peraga serta alat pemecahan masalah dan pemahaman teori-teorinya.

Dominasi Asam, Basa, dan Garam pada Pelajaran Kimia


 

 

 

Bahasan kimia kelas 11 sma fokus pada larutan, larutan asam-basa dan garam, diobok-obok sampai habis karena larutan adalah hal penting yang ada di sekitar kehidupan ini. Banyak zat beserta sifatnya menjadi bermakna karena sifat keasaman dan kebasaannya demikian pula kombinasi asam-basa yaitu garamnya. Jadi simak bahasan itu semua dengan baik pada semester 2 ini.

Konsep asam basa ini akan menjadi hal yang sangat-sangat penting untuk mempelajari sifat-sifat kimia pada bahasan kimia lanjut. Apalagi kalau berminat di bidang yang ada kaitannya dengan kimia. Di sma bahasan asam basa masih cukup sederhana dan mendasar, namun mengasyikkan untuk memanjakan nafsu otak kalkulasi dan logika. Hiruk pikuk bahasan asam basa kebanyakan ada pada penentuan mana asam basa serta masing-masing konjugasinya juga tak dan tik hitungan derajat keasaman (pH) beserta parameter yang terkait (konsentrasi, volume, massa, dan lain lain).

Sejarah Singkat Teorema Pythagoras


"Teorema Pythagoras" dinamakan oleh ahli matematika Yunani kuno yaitu Pythagoras, yang dianggap sebagai orang yang pertama kali memberikan bukti teorema ini. Akan tetapi, banyak orang yang percaya bahwa terdapat hubungan khusus antara sisi dari sebuah segi tiga siku-siku jauh sebelum Pythagoras menemukannya.

Teorema Pythagoras memainkan peran yang sangat signifikan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, di mana bentuk ini menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah hubungan dalam Geometri Euclides di antara tiga sisi dari segi tiga siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa 'Jumlah dari persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusa-nya'.

Secara matematis, teorema ini biasanya biasanya ditulis sebagai : a2 + b2 = c2 , di mana a dan b mewakili panjang dari dua sisi lain dari segitiga siku-siku dan c mewakili panjang dari hipotenusanya (sisi miring).